SEPENGGAL KISAH LI

Tergopoh pak Marsam keluar dari dalam rumah.Dilihatnya seorang laki2 asing berdiri dihalaman, sedangkan Asri sibuk menata pot2 bunganya.

"Pak, ada yang mau beli bunga tuh, tolong bapak pilihkan..." suara Asri tanpa mendekat. Pak Marsam heran melihat anaknya tidak ramah pada pembeli. Tapi didekatinya lelaki yang berdiri tegak mematung disana.

" Ini yang mas pilih? Ada lagi?Biar saya ambilkan.."

"Bapak saja mengambilkan sesuka bapak.. ini uangnya.." laki2 yang mengaku bernama Ongky itu mengulurkan uang pada pak Marsam. Pak Marsam bingung..

"Ini... uangnya?"

"Ya pak, itu uangnya. Bapak kasih tanaman2 yang bisa untuk menghiasi halaman rumah saya. Oh ya.. rumah saya didepan situ, agak ketimur, saya baru sebulan pindah.."

"Oh, tetangga baru rupanya, pak Marsam menjawab ramah."

"Ya, nama saya Ongky pak, saya tinggal sendiri disitu, hehe.. masih bujang nih pak, baru mau cari isteri," Ongky tersenyum dan melirik kearah Asri. Gadis itu tak bergeming. Ia benar2 takut menghadap Ongky yang terlalu berani menggoda dia.

"Oh, nak Ongky, saya Marsam, tinggal disini bersama anak saya, Asri.."

"O, Asri ya namanya, cantik seperti bunga2nya.."

"Baiklah akan saya pilihkan tanamannya.. "

Pak Marsam sibuk memilihkan tanaman yang kira2 bagus , sedangkan Ongky memandangi setiap apa yang dilakukan Asri tanpa berkedip. Asri bukannya tak tau, bahkan ia merasa risih. Ia ingin transaksi bunga itu segera berakhir dan laki2 itu pergi dari sana.

"Ini semua mas, ada yang nggak cocog? Tanya pak Marsam sambil meletakkan pot2 itu didekat Ongky berdiri.

"Ya..suda pak.. bagus.. saya suka.. baiklah.. saya masukkan dulu kemobil saya... oh ya..ini uangnya pak.." Ongky memberikan uangnya lalu membawa tanaman2 itu kemobil.

"nDuk.. itu cukupkah? Harga segini ?" Pak Marsam memberikan uangnya pada Asri.

"Cukup pak, gak papa.. itu pohon2 mahal.." Kata Asri pelan. 

Ongky selesai memasukkan tanaman2 itu kemobilnya.Ia kemudian mendekati Asri yang masih menata pot2nya. 

"Asri, ma'af ya.. aku ini memang agak kurang ajar.. dan juga kurang sopan .. ma'af.. aku terbiasa bergaul dengan teman2ku yang ... yah.. pergaulannya agak bebas.. yang menurut gadis baik2 seperti kamu pasti tampak kurang sopan. Ma'af ya Asri."

Asri memandangi Ongky dan berusaha ramah. :" Tidak apa2 mas..  lupakan saja,"

"Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi, janji.." Ongky mengulurkan tangannya, Asri ragu menerimanya, tapi kasihan melihat tangan yang terulur tak mandapat tanggapan. Awas kalau macam2. Batin Asri. Tapi Ongky menyalaminya dengan santun. Asri tersenyum lega.

"Saya permisi dulu ya Asri, rumah saya tak jauh dari sini, boleh saya sering2 kesini?"

"Oh, silahkan," itu kan jawaban yang baik, masa Asri harus menjawab tidak boleh. Tapi Asri berjanji akan lebih berhati hati menghadapinya.

Ongky berlalu setelah menyalami pak Marsam.

"Laku banyak hari ini nduk? Harus mencari tanaman baru lagi kan?" 

"Ya pak.. saya sudah pesan, nanti akan dikirim kemari.

Pak Marsam dan Asri senang, usaha menjual tanaman bunga terus berjalan dan nyatanya cukup untuk menghidupi mereka berdua. 


Bu Prasojo sudah pulang kerumah sejak sebulan ini. Setiap hari ada saja alasan Dewi untuk datang kerumah itu, dan bu Prasojo juga menyambutnya dengan senang hati. Tak henti2nya ia membujuk Bowo supaya mau menerima Dewi sebagai calon isterinya. Tapi Bowo tak bergeming. Ia tak bisa melupakan Asri, dan menurutnya tak ada seorang gadispun sebaik Asri. Aduhai, kemana kau pergi Asri... begitu bisik hatinya setiap kali rasa rindu menerpanya.

"Bowo... sebentar lagi tolong antarkan Dewi pulang ya, kasihan dia kalau harus pulang sendiri." kata bu Prasojo pada suatu petang.

"Kan dia tadi juga datang sendiri bu, setiap hari juga begitu." Bowo menjawab dengan kesal.

"Bowo, ingat, dia itu berjasa pada kita, dia yang menyelamatkan ibumu ini, kalau tidak ada dia, maka ibumu ini sudah tidak ada lagi.. bagaimana kamu ini le.."

Aduh, lagi2 perkara itu yang dipakai ibunya untuk memaksa Bowo.. yang akhirnya membuat Bowo tak berkutik.Akhirnya Bowo menuruti kata ibunya.

Walau perasaan Bowo tidak senang, tapi Dewi tidak perduli. Pikirnya, pelan2 Bowo pasti akan jatuh cinta juga padanya. Bukankah aku ini cantik? Tapi Dewi lupa bahwa seseorang tertarik bukan hanya karena kecantikannya.

"Mas Bowo, jadi mengantarkan aku kan?"

"Ya, cepatlah, masih banyak yang harus aku kerjakan," Bowo menjawab tanpa nada ramah sedikitpun. Dewi ingin berjingkrak kegirangan.

Tapi ditengah jalan itu Dewi minta agar mereka berhenti sejenak.

"Mas, aku lupa akan membeli sesuatu untuk ibu. Kasihan seharian aku tidak memasak untuknya. Mampir kerumah makan didepan itu sebentar ya?"

Bowo tak kuasa menolaknya, tanpa menjawab sepatah katapun ia mnghentikan mobilnya didepan rumah makan yang ditunjuk.

"Ayo turun mas, kita makan sekalian? Aku yang traktir mas.." Dewi belum turun dan merayu Bowo untuk ikut turun. Ia ingin berlama lama bersama Bowo. Tapi Bowo menolaknya.

"Terimakasih, aku masih kenyang,"

"Minum saja barangkali?" Dewi masih memaksa, tapi Bowo menggelengkan kepalanya.

"Cepatlah membeli apa yang kamu mau, karena aku harus segera pulang."

Dewi turun dan memasuki rumah makan itu dengan kecewa.

Bowo sangat kesal. Hampir setiap hari Dewi datang kerumah dan selalu saja ibunya memaksa agar Bowo mengantarkannya pulang.

Sore itu kerinduannya pada Asri benar2 tak tertahankan. Ia sedih mengapa belum juga menemukan dimana Asri dan pak Marsam berada.

Tiba2 seseorang mengetuk kaca mobilnya. Bowo membukanya, dan mencoba mengingat ingat, siapa laki2 itu.

"Kamu Bowo kan?"

Tiba2 Bowo teringat, laki2 itu teman kuliahnya dulu. 

"Ongky !!! teriaknya gembira.


#adalanjutannyalho#

Comments

Popular posts from this blog

SANG PUTRI 30

ADA YANG MASIH TERSISA 35

ADA YANG MASIH TERSISA 15