SEPENGGAL KISAH 8
(Tien Kumalasari)
Wajah Damar muram, bagai tersapu mendung. Dihadapan pak Suryo ia sama sekali tak bisa membantah. Tak berani malahan. Hutang budi memang berat. Terkadang perasaan harus dikorbankan.
Damar sudah tau kalau sejak kecil ia dijodohkan dengan Mimi. Dulu Damar tak pernah membantahnya. Mungkin karena dia masih terlalu muda dan belum mengerti jodoh itu yang bagaimana. Belum mengerti bahwa perjodohan ternyata harus diiringi rasa cinta. Dan ketika cinta itu tumbuh, bukan Mimi yang dicintainya.
(Tien Kumalasari)
Wajah Damar muram, bagai tersapu mendung. Dihadapan pak Suryo ia sama sekali tak bisa membantah. Tak berani malahan. Hutang budi memang berat. Terkadang perasaan harus dikorbankan.
Damar sudah tau kalau sejak kecil ia dijodohkan dengan Mimi. Dulu Damar tak pernah membantahnya. Mungkin karena dia masih terlalu muda dan belum mengerti jodoh itu yang bagaimana. Belum mengerti bahwa perjodohan ternyata harus diiringi rasa cinta. Dan ketika cinta itu tumbuh, bukan Mimi yang dicintainya.
"Damar, antarkan aku donk."
Damar hanya menoleh sebentar. Suara yang terdengar seperti merengek itu membuatnya muak.
"Damar..."
Suara ini lain. Rupanya Damar harus mematuhinya.
Mimi hampir bersorak dan memandangi ayahnya penuh rasa terimakasih.
Disebuah mal Mimi asyik berbelanja. Tapi Damar yang semula ada dibelakangnya tiba2 menghilang.
Sambil mendorong belanjaan Mimi mencari cari. Wajahnya muram dan tampak geram.
Asri membuka pintu rumahnya ketika didengarnya mobil berhenti didepan rumah. Berdebar hatinya ketika melihat siapa yang datang. Sudah tiga hari mereka tak bertemu, dan Asri mencoba menghapus wajah Damar dari angan2nya.
"Asri...apa kabar?"
Asri menghindar ketika Damar ingin memeluknya.
"Asri, aku hanya mencintai kamu,"
"Jangan Damar. Kau sudah punya jodoh yang baik, aku rela melepasmu," suara Asri lirih...
"Aku tidak mau.. aku hanya ingin kamu," Damar tampak sedih. Asri sungguh merasa iba. " Bukankah mencintai tidak harus memiliki?"
"Aku akan membawamu pergi. Aku sangat menderita Asri...hanya kamu.. hanya kamu.. ayo kita pergi dari sini."
Asri terisak. Memang dia juga mencintai Damar tapi dia tak mau melakukan hal yang keliru.
"Bukankah kau juga mencintai aku Asri?"
"Cinta tidak harus memiliki Damar. Pergilah.. jangan membuatku bertambah sedih."
"Tidak, aku akan membawamu pergi."
"Perempuan tak tau malu !" Pekik itu mengejutkan mereka berdua.
#adalanjutannya#
Damar hanya menoleh sebentar. Suara yang terdengar seperti merengek itu membuatnya muak.
"Damar..."
Suara ini lain. Rupanya Damar harus mematuhinya.
Mimi hampir bersorak dan memandangi ayahnya penuh rasa terimakasih.
Disebuah mal Mimi asyik berbelanja. Tapi Damar yang semula ada dibelakangnya tiba2 menghilang.
Sambil mendorong belanjaan Mimi mencari cari. Wajahnya muram dan tampak geram.
Asri membuka pintu rumahnya ketika didengarnya mobil berhenti didepan rumah. Berdebar hatinya ketika melihat siapa yang datang. Sudah tiga hari mereka tak bertemu, dan Asri mencoba menghapus wajah Damar dari angan2nya.
"Asri...apa kabar?"
Asri menghindar ketika Damar ingin memeluknya.
"Asri, aku hanya mencintai kamu,"
"Jangan Damar. Kau sudah punya jodoh yang baik, aku rela melepasmu," suara Asri lirih...
"Aku tidak mau.. aku hanya ingin kamu," Damar tampak sedih. Asri sungguh merasa iba. " Bukankah mencintai tidak harus memiliki?"
"Aku akan membawamu pergi. Aku sangat menderita Asri...hanya kamu.. hanya kamu.. ayo kita pergi dari sini."
Asri terisak. Memang dia juga mencintai Damar tapi dia tak mau melakukan hal yang keliru.
"Bukankah kau juga mencintai aku Asri?"
"Cinta tidak harus memiliki Damar. Pergilah.. jangan membuatku bertambah sedih."
"Tidak, aku akan membawamu pergi."
"Perempuan tak tau malu !" Pekik itu mengejutkan mereka berdua.
#adalanjutannya#