Pak Marsam termenung di teras rumahnya. Hatinya bagai teriris melihat penderitaan anaknya. Ia juga bingung memikirkan biaya operasinya. Selama ini pak Marsam hidup sangat pas2an. Gajinya sebagai sopir hanya cukup untuk makan dan untuk membiayai sekolah Asri. Setelah Asri lulus memang beban itu berkurang. Tapi lulusnya kan belum lama. Dan sama sekali ia tak punya tabungan. Ia juga tak punya sesuatu yang berharga untuk dijual. Hanya ada sepeda motor butut yang sudah sering ngadat karena tua nya. Laku berapa kalau dijual? Apakah cukup untuk membayar biaya operasi itu?
Ia tau pasti Asri juga sedih. Bukan karena sakitnya tapi karena memikirkan juga besar biayanya.
Pak Marsam menuntun motor tuanya kejalan. Berapapun lakunya ia harus menjualnya.
Bowo yang mengendarai sendiri mobilnya melihat pak Marsam berdiri di toko jual beli motor bekas. Bowo tiba2 menghentikan mobilnya.
"Ada apa Wo?" Pak Prasojo yang duduk disampingnya heran karena Bowo tiba2 mengentikan mobilnya. Ia harus segera tiba dikantornya karena ada meeting siang itu.
"Itu pak.. ada pak Marsam."
Tanpa menunggu jawaban ayahnya Bowo turun dari mobil dan menghampiri pak Marsam.
"Lagi ngapain pak?" tegurnya.
Pak Marsam sangat terkejut . Seorang laki2 yang tadi berdiri dihadapan pak Marsam tiba2 berkata:" ya sudah saya tambahing 100 pak. Itu sudah mentok. Motor.tua seperti ini susah lakunya."
Pak Marsam tersipu.
"Motor ini mau dijual pak?" tanya.Bowo.
"Mas.. kalau mas mau membelinya ya silahkan. Saya hanya
berani membayar segitu." kata laki2 itu.
"Biar saya yang membayarnya pak."
Bowo menarik tangan pak Marsam.
"Pak Marsam pulang saja dulu nanti saya kerumah. Ini saya sedang mengantar bapak kekantor."
"Tt.. tapi..." pak Marsam bingung.
"Sudah.. pulang saja dulu. Bawa sepeda motornya."
Pak Marsam sudahtiba dirumah. Ia sangat malu tadi ketemu majikannya ketika hendak menjual motornya. Apa ia harus menceriterakan semuanya? Jangan sampai ia menyusahkan orang lain. Asri juga pernah berkata, janganlah kita berhutang budi sementara kita tak tau kapan bisa membalasnya. Jadi dia tak akan menceriterakan kesulitan yang dihadapinya pada siapapun.
Tak lama ia termenung tiba2 Bowo sudah datang dan pak Marsam segera mempersilahkannya masuk.
"Mengapa pak Marsam ingin menjual motor itu? Bukanlah walau Asri sudah lulus pak Marsam bisa memakainya untuk bekerja?
"Mm.. anu mas.. itu.. motor itu sudah sering.. ngad..ngadat .. jad..di.. lebih baik saya jual saja.." tersendat kata2 pak Marsam karena menyembunyikan sesuatu.
"Kalau begitu pak Marsam harus beli yang baru. Oh ya.. uang penjualan itu mau dijadikan uang muka? Begitukah?
"Mm... oh.. eh.. yy..ya.. begitulah mas.."
Tapi melihat kegugupan pak Marsam Bowo menangkap sesuatu yang disembunyikan. Ia harus mencari tau nanti.
Lalu ia mengeluarkan segepok uang.
"Ini.. saya akan beli motor itu."
Pak Marsam ternganga. Uang yang diangsurkan itu pasti lebih banyak dari penawaran pembeli yang tadi menawarnya. Pak Marsam tidak segera menerimanya.
"Ayolah pak. Terima saja. Ayooo.." Bowo meletakkan uang itu dimeja .. dihadapan pak Marsam. Kemudian ia bangkit.
"Saya mau kembali kekantor pak. Oh ya.. mana Asri?" Bowo tampak mencari cari.
"Ss...sedang keluar mas" pak Marsam berbohong.
"Ooh. Sampaikan salam saya ya pak. Oh ya..motor itu saya pinjamkan. Pak Marsam boleh memakainya untuk pergi dan pulang kerja"
"Mas..mm..mas Bowo.. ter ..i.mm .."
Tapi sebelum pak Marsam selesai mengucapkan terimakasih.. tetangga yang tadi menunggui Asri dirumah sakit datang.
"Pak Marsam. Asri akan dioperasi sore ini."
#adalanjutannya#
Ia tau pasti Asri juga sedih. Bukan karena sakitnya tapi karena memikirkan juga besar biayanya.
Pak Marsam menuntun motor tuanya kejalan. Berapapun lakunya ia harus menjualnya.
Bowo yang mengendarai sendiri mobilnya melihat pak Marsam berdiri di toko jual beli motor bekas. Bowo tiba2 menghentikan mobilnya.
"Ada apa Wo?" Pak Prasojo yang duduk disampingnya heran karena Bowo tiba2 mengentikan mobilnya. Ia harus segera tiba dikantornya karena ada meeting siang itu.
"Itu pak.. ada pak Marsam."
Tanpa menunggu jawaban ayahnya Bowo turun dari mobil dan menghampiri pak Marsam.
"Lagi ngapain pak?" tegurnya.
Pak Marsam sangat terkejut . Seorang laki2 yang tadi berdiri dihadapan pak Marsam tiba2 berkata:" ya sudah saya tambahing 100 pak. Itu sudah mentok. Motor.tua seperti ini susah lakunya."
Pak Marsam tersipu.
"Motor ini mau dijual pak?" tanya.Bowo.
"Mas.. kalau mas mau membelinya ya silahkan. Saya hanya
berani membayar segitu." kata laki2 itu.
"Biar saya yang membayarnya pak."
Bowo menarik tangan pak Marsam.
"Pak Marsam pulang saja dulu nanti saya kerumah. Ini saya sedang mengantar bapak kekantor."
"Tt.. tapi..." pak Marsam bingung.
"Sudah.. pulang saja dulu. Bawa sepeda motornya."
Pak Marsam sudahtiba dirumah. Ia sangat malu tadi ketemu majikannya ketika hendak menjual motornya. Apa ia harus menceriterakan semuanya? Jangan sampai ia menyusahkan orang lain. Asri juga pernah berkata, janganlah kita berhutang budi sementara kita tak tau kapan bisa membalasnya. Jadi dia tak akan menceriterakan kesulitan yang dihadapinya pada siapapun.
Tak lama ia termenung tiba2 Bowo sudah datang dan pak Marsam segera mempersilahkannya masuk.
"Mengapa pak Marsam ingin menjual motor itu? Bukanlah walau Asri sudah lulus pak Marsam bisa memakainya untuk bekerja?
"Mm.. anu mas.. itu.. motor itu sudah sering.. ngad..ngadat .. jad..di.. lebih baik saya jual saja.." tersendat kata2 pak Marsam karena menyembunyikan sesuatu.
"Kalau begitu pak Marsam harus beli yang baru. Oh ya.. uang penjualan itu mau dijadikan uang muka? Begitukah?
"Mm... oh.. eh.. yy..ya.. begitulah mas.."
Tapi melihat kegugupan pak Marsam Bowo menangkap sesuatu yang disembunyikan. Ia harus mencari tau nanti.
Lalu ia mengeluarkan segepok uang.
"Ini.. saya akan beli motor itu."
Pak Marsam ternganga. Uang yang diangsurkan itu pasti lebih banyak dari penawaran pembeli yang tadi menawarnya. Pak Marsam tidak segera menerimanya.
"Ayolah pak. Terima saja. Ayooo.." Bowo meletakkan uang itu dimeja .. dihadapan pak Marsam. Kemudian ia bangkit.
"Saya mau kembali kekantor pak. Oh ya.. mana Asri?" Bowo tampak mencari cari.
"Ss...sedang keluar mas" pak Marsam berbohong.
"Ooh. Sampaikan salam saya ya pak. Oh ya..motor itu saya pinjamkan. Pak Marsam boleh memakainya untuk pergi dan pulang kerja"
"Mas..mm..mas Bowo.. ter ..i.mm .."
Tapi sebelum pak Marsam selesai mengucapkan terimakasih.. tetangga yang tadi menunggui Asri dirumah sakit datang.
"Pak Marsam. Asri akan dioperasi sore ini."
#adalanjutannya#