SEPENGGAL KISAH 62

Asri berjalan kearah jalan sambil berlari lari kecil. ia ingin tau, benarkah itu mobil Bowo. Apa kira2 Bowo tau bahwa dia ada disini, apa bu Prasojo yang memberi tahu? Kenapa tadi berhenti didepan agak lama? Beribu pertanyaan berkecamuk dihati Asri. Tapi sesampai dijalan ia tak melihat mobil itu. Aneh, tak ada belokan disebelah sana.. harusnya masih kelihatan, mengapa sudah menghilang? Asri bingung sendiri.

"Asri!!"

Asri menoleh, dilihatnya bapaknya berhenti didepan pintu rumah. Barangkali heran melihat anak gadisnya berlari lari kecil kearah jalan. Asri kembali kerumah.

"Kamu mencari siapa? "

"Oh.. itu pak.. Asri kira ada.. ada.. tukang krupuk langganan yang lewat." Asri menjawab sekenanya. Mana mungkin ia berterus terang pada bapaknya tentang mobil itu?

" Apa kamu mimpi, wong ini sore kok nyari tukang krupuk. Biasanya dia lewatnya pagi. Lagipula kerupuk dikaleng kan masih banyak.. masa masih mau ditambah lagi?

"Iya pak, Asri kok jadi linglung..." Asri langsung masuk kedalam rumah. Dihatinya masih berkecamuk banyak pertanyaan mengenai mobil itu, mungkinkah milik orang lain?

Asi masuk kedalam kamarnya. Tak ingin ayahnya melihat wajahnya yang kelihatan sedih. Yaaa .. mengapa aku harus sedih? Seandainya ketemupun.... apa yang harus aku lakukan? Pikir Asri. Bukankah aku dan dia bagaikan bumi dan langit? Menetes air mata Asri, dan susah payah ia berusaha mengibaskan bayangan orang yang pernah mengatakan cinta padanya, yang dulu senyum menarik itu tak pernah membuatnya terpesona, tapi sekarang amat dirindukannya.

Sebenarnya untuk apa kamu ingin membeli bunga?" tanya Ongky yang masih saja mencurigai tingkah Bowo yang tadi berdiri dirumah gadis penjual bunga yang dikaguminya.

"Kamu tau nggak, sesungguhnya aku sedang gembira hari ini." Jawab Bowo sambil merek reka alasan yang akan diberikannya pada sahabatnya.

"Tapi wajahmu tidak menunjukkan kegembiraan itu"

"Ya, belum sepenuhnya gembira sih, masih ada kendalanya."

"Aku tidak mengerti."

"Begini....mm.. aku ingin memberi hadiah bunga untuk ibuku, karena ibuku urung menjodohkanku dengan Dewi."

"Oh.. bagus, bukankah itu yang kamu harapkan? Tapi kenapa tiba2 ibumu berubah pikiran?"

"Ketahuan kalau bukan Dewi bukanlah gadis pendonor untuk ibuku."

"Kok bisa? Yang sesungguhnya mendonorkan sudah ketem u?"

"Bukan, bukan begitu,ayahku pernah menemukan KTP Dewi, yang disitu tercatat golongan darahnya kan? Nah, golongan darah Dewi itu ternyata beda dengan golongan darah ibuku . Berarti bukan dia pendonornya."

"Kalau begitu yang harus kamu beri hadiah itu bukan ibumu tapi ayahmu, kan dia yang membuka tabir kebohongan itu,"

"Benar, tapi begini. Ada cerita ayahku, katanya ibuku bersumpah akan menjodohkan aku dengan gadis yang telah mendonorkan darahnya. Ketika itu dikiranya masih Dewi, seperti pucuk dicinta ulam tiba kan? Tapi setelah tau bahwa bukan Dewi  pendonornya, habislah keinginan ibuku itu."

"Bagus dong, jadi kamu bebas memilih siapa yang kamu cintai, lalu kamu ingin mencoba mendekati gadisku itu ?"

"Kamu gilanya nggak sembuh2 ya, mana mungkin aku merebut gadis yang sudah menjadi milikmu? Aku sudah punya pilihan sendiri, yang tak akan pernah aku menggantikannya. Aku sangat mencintainya..."dan mata Bowo menerawang jauh.. seakan bertanya, kemana Asri berada.

"Ok, kamu memang sahabat yang baik. Lalu kenapa kamu kelihatan belum sepenuhnya gembira? Bukankah kamu sudah bebas dari cengkeraman betina cantik itu?"

"Bukankah ibuku bersumpah akan mengambil menantu gadis pendonor itu? Jadi ya tetaplah aku masih terikat pada sumpah ibuku. sementara aku masih selalu berharap untuk ketemu dia.. dan bisa menikahinya."

"Jatuh rasa iba dihati Ongky ketika menyaksikan wajah sahabatnya begitu sedih." 

"Baiklah, ayo kita jalan2 aja.. oh ya, jadi membeli bunga untuk ibumu?"

"Nggak jadi, ayo jalan2 saja.."

Namun sejak sa'at itu Bowo sering sekali lewat dijalan depan rumah penjual bunga, walau tidak selalu mampir kerumah Ongky. Bowo berharap bisa melihat gadis itu dengan jelas.. pada suatu hari nanti.

Hari itu pak Prasojo mampir kerumah sakit dimana beberapa bulan lalu isterinya opname karena kecelakaan. Ia mencari suster yang dulu mengambil darah pendonor bagi isterinya.

Ia langsung menuju suster jaga yang berada didekat kamar isterinya dulu.

"Oh, siapa ya pak nama perawatnya, sudah lama sih," jawab suster jaga dimana pak Prasojo bertanya.

"Lho, mana saya tau, justru saya kesini itu mau tanya, siapa dia."

" Oh, ma'af..Tanggal dan bulan apa ya waktu itu?

Pak Maryo membuka catatannya dan menuliskan pada selembar kertas yang diberikan perawat jaga itu.

"Sebentar ya pak," perawat itu membuka catatan di kmputernya, agak lama, tapi pak Prasojo sabar menunggu.

"Oh, suter Ani pak, tapi hari ini dia jaga malam."

"Jam berapa dia datang nanti?"

"Sekitar jam 9 pak. Ada apa pak, apakah saya bisa bantu." suster itu menawarkan diri.

"Ketika itu isteri saya kan membutuhkan darah tambahan setelah kecelakaan. Ya hari itu terjadinya"kata pak Prasojo sambil menunjuk kearah catatan yang ada didepan perawat itu.

"Lalu...?"

"Waktu itu ada seseorang yang mendonorkan darahnya untuk isteri saya, tapi saya tidak tau siapa dia. Sekarang saya ingin bertanya kepada suster itu, bagaimana ciri2 orangnya, atau mungkin ada petunjuk yang bisa saya ketahui."

"Oh.. ya pak, ketika itu saya bersama Ani, memang Ani yang mengambil darahnya tapi saya membantunya."

"Jadi anda tau mengenai gadis itu?"

"Kami belum sempat mencatat nama gadis itu, soalnya dia kelihatannya terburu buru."

"Gadis itu masih muda?"

"Muda, dan manis, pakai kerudung pak. Aduuh.. sayang sekali ya.. kami kok nggak sempat mencatatnya. Apa ada masalah pak?"

"O. tidak.. tidak, selama ini kami ingin tau siapa dia, hanya untuk mengucapkan terimakasih."

"Bapak orang yang sangat baik, karena mau mengucapkan terimakasih sampai mencari tau selama ini."

"Saya baru kepikiran untuk bertanya kemari. Tapi tunggu , waktu gadis itu diambil darahnya, apakah diruangan itu ada cctv yang pastinya merekamnya?"

"Ada sih.. tapi saya tidak tau apakah bapak bisa melihat rekaman itu."

"Haaa, itu dia, apa yang harus saya lakukan untuk ijin seperti itu? Saya bersedia bayar berapapun untuk itu.

 

#adalanjutannyaya#

 

Previous Post Next Post