Pak Prasojo mengamati dengan cermat apa yang ditampilkan pada layar cctv itu disa'at seorang gadis diambil darahnya. Berdebar hati pak Prasojo, kalau aku tidak mengenalnya, kemana aku harus mencari gadis itu? Pikirnya.
Tiba2 pak Prasojo berteriak : "Asriiiii !!"
Hari hampir gelap ketika pak Prasojo memasuki rumahnya. Isterinya menyambut dengan heran. :"Kemana saja pak, kok baru pulang, ibu menelpon tidak pernah diangkat."
"Oh, bapak sedang ada perlu, maksud bapak.. lagi banyak pekerjaan dikantor."
"Kalau begitu ibu dikasih kabar donk, supaya tidak menunggu nunggu dengan cemas."
"Lupa mau kasih tau. Ma'af ya bu, sekarang bapak mau istirahat dikamar, bapak lelah," kata pak Prasojo sambil berjalan kearah kamar.
"Biar ibu bawa kopi bapak kekamar saja ya,"
"Ya, boleh saja." Dan pak Prasojo menutup pintu kamarnya.
Sesungguhnya hati pak Prasojo sedang bimbang. Apakah ia harus mengatakan penemuannya atas pendonor itu atau tidak. Ia juga tidak tau apakah isterinya nanti akan kecewa atau tidak setelah tau bahwa pendonor ibu adalah Asri, walau dia telah bersumpah akan mengambil menantu siapapun pendonor itu, dan sumpah itu hal yang berat untuk disandang, jadi harus ditepati. Pak Prasojo bukan orang jahat yang suka mengingkari janji. Ia juga bukan orang jahat yang suka menjelekkan orang lain., juga tidak suka menyembunyikan kebaikan orang lain. Tapi memilih Asri sebagai menantu..? Mengapa ada bimbang dihati pak Prasojo?
"Ini kopinya pak," bu Prasojo tiba2 masuk.. lalu meletakkan secangkir kopi dimeja yang ada dikamar itu.:" Bapak melamun? Ada yang dipikirkan?" sambung bu Prasojo ketika melihat suaminya belum berganti baju dan masih duduk sambil memegangi kepalanya. :"Bapak sakit?"
"Tidak.. tidak... "pak Prasojo menggeleng gelengkan kepalanya. Lalu ia bangkit untuk menghirup kopi yang dihidangkan isterinya.
"Hanya banyak perso'alan yang harus dipikirkan, bukan apa2."
"Oh.. tapi sebaiknya jangan bawa perso'alan kantor kerumah pak, nanti bapak nggak bisa istirahat. Itu dulu bapak juga yang mengatakannya bukan?"
"Ya, ibu benar, baiklah bapak mau mandi dulu."
"Tadi ada undangan dari pak Mustofa. Undangan pernikahan anak gadisnya. Wah.. ini pesta besar pak, menantunya kan pejabat tinggi. Anaknya itu sarjana ekonomi, menantunya sarjana tehnik, ini pasangan serasi ya pak.. coba bapak lihat, undangannya sudah ibu letakkan dimaja itu dari tadi, ini pak" bu Prasojo meraih sebuah undangan yang terletak dimeja itu.Undangan yang mewah, dan pasti bukan murah.
"Tampaknya yang diundang hanya orang2 terpandang lho pak,"lanjut bu Prasojo.
"Ya sudah bu, nanti saja bapak membacanya. Sekarang bapak mau mandi dulu."
Dan didalam kamar mandi itu pak Prasojo melanjutkan lamunannya. Lebih2 setelah isterinya mengatakan bawa ada undangan... pejabat siapa.. besannya pejabat siapa.. trus anak2nya sajana apa dan sarjana apa...
Nanti.. akan ada undangan begini.. Prabowo Hadi.. anak Ir. Prasojo Kusumo menikah dengan Asriati..anak dari Marsam (bekas sopirnya).
Pak Prasojo mengguyur tubuhnya dari atas kepala dengan air hangat yang mengucur deras.
Yang diundang adalah.. kepala apa.. dimana.. pejabat siapa..dimana.. pimpinan apa... Aduhai, ternyata pak Prasojo yang baik masih manusia biasa. Yang masih meng hitung2 antara gengsi dan kebaikan yang dimilikinya. Kenyataannya adalah, dia belum mau mengatakan tentang pendonor itu kepada isterinya, mungkin juga kepada Bowo anaknya.
Disebuah apartemen, Damar duduk sendirian. Selama bertahun2 ia hidup seperti boneka, yang mengikuti kemana saja nasib membawanya. Perpisahannya dengan Asri, kenyataan bahwa Asri sudah punya calon, telah membunuh semua keinginan dan rasanya. Ia tak perduli pada apapun dan hanya mengatakan "iya" kalau pak Surya mengatakan sesuatu. Hanya bu Surya yang seperti menyayanginya dengan tulus, seperti ibunya. Sudah ber hari2 pak Surya pergi ke Indonesia, dan hari itu baru saja tiba, lalu langsung mendekati Damar.
"Tantemu dan Mimi sedang pergi?"
"Ya, cuma belanja."
"Apakah ada yang menelpon selama aku pergi?"
"Ada om, berkali2 malah.."
"Siapa?"
"Namanya pak Darman.."
"Ah, dia.. sudahlah, jangan hiraukan, dia itu kan penipu.."
"Penipun ?"
"Ya, jangan pikirkan .. ada hal penting yang harus aku sampaikan, bulan depan kamu harus menikah dengan Mimi."
Damar terkejut. Bulan depan? Bukankah kuliahnya belum selesai? Mengapa tiba2 ia harus menikah bulan depan? Tapi Damar tak menjawab sepatah katapun. Bukankah ia boneka yang tak punya kehidupan yang bisa dipilihnya?
"Saya ingin pulang ke Indonesia sebentar saja sebelum itu,"
"Oh ya, biar Mimi menemani kamu."
"Jangan, saya ingin sendiri saja om, saya ingin menyambangi makan ibu dan bapak, tolong ijinkanlah," pinta Damar memelas.
Pak Surya yang tak ingin berdebat segera mengijinkan Damar pulang sendiri.
"Tapi aku kasih kamu waktu, jangan lebih dari tiga hari, aku yang akan memesan tiketnya nanti, pulang dan pergi kembali kesini."kata pak Sorya tegas.:"Dan ingat, jangan mengecewakan Mimi."
Sebuah mobil berhenti didepan rumah pak Marsam yang lama. Bowo turun dari dalamnya, dan mengetuk pintu rumah itu lagi. Dan yang keluar adalah laki2 muda yang dulu pernah menemuinya.
"Selamat sore mas," sapa Bowo
"Sore, ini mas yang dulu itu ya?"
"Ya, "
"Ada perlu apa mas? Belum ketemu sama pak Marsam juga?"
"Belum, saya justru ingin bertanya, apakah pak Marsam pernah pulang kemari?"
"Tidak mas, dulu pernah sekali, hanya untuk menagih uang sewa, tapi ketika saya bertanya dimana dia tinggal sekarang, dia tak mau menjawab. Sekarang malah bakal tidak akan pernah datang kemari lagi, so'alnya mbak Asri sudah memberikan nomor rekening, dimana setiap bulan saya harus menstransfer uang sewa ke nomor itu."
Bowo sangat kecewa. " Bolehkah saya mencatat nomor rekeningnya?" tanya Bowo yang berfikir, barangkali nomor rekening itu akan ada gunanya.
"Saya tidak berani mas, nanti saya kesalahan sama mbak Asri."
"Tolong mas, saya masih kerabatnya, saya bukan orang jahat. Mungkin saya bisa mengirimkan sejumlah uang kepada mereka, untuk membantu, walaupun kami tidak pernah bertemu."
Bowo pergi setelah mendapatkan nomor yang dimintanya. Namun baru saja mobil Bowo meluncur pergi, sebuah taksi berhenti ditempat dimana mobil Bowo berhenti. Seorang laki2 ganteng keluar dari taksi itu dan langsung mengetuk pintu.
#adalanjutannyalho#