SEPENGGAL PERJALANANKU 01

SEPENGGAL PERJALANANKU  01

 

Disuatu malam, sa’at pukul 21.00,  di tanggal 22 Maret tahun 1949, lahirlah seorang bayi yang diberi nama Sudartini Endang Kumala Sakti. Itu adalah saya. Panjang ya namanya?

Sudartini pemberian eyang saya almarhum. Endang Kumala Sakti pemberian om saya yang menjelang meninggalnya bersamaan dengan lahirnya saya. (Alfatehah buat eyang Poerwodiningrat dan om Wiratmoko}.

Saya dibesarkan disebuah keluarga sederhana, dengan empat orang adik-adik saya yang semuanya adalah perempuan.  Seperti Pandawa, tapi Pandawa putri.

Saya dan adik-adik saya sekolah SD (dulu SR) di Pamardi Putri Baluwarti Solo.

Sa’at kecil saya senang sekali mendengarkan dongeng. Kebetulan disebelah rumah saya tinggal seorang guru bernama pak Tjipto yang senang sekali mendongeng. Dan kalau dongeng itu mengharukan, sayapun menangis terisak-isak.

Ketika saya kelas 4 SR, saya ikut eyang saya di Ngoro, daerah Jombang. Waktu itu eyang saya Djoyodikoesoemo menjabat PATIH di Jombang. Kalau sekarang apa ya jabatan patih itu? Bupati atau wakil bupati, entahlah. Ketika saya disana eyang kakung sudah meninggal.

Saya di Ngoro sampai lulus SMP.

Sa’at masih klas V SR saya pernah menulis cerita anak disebuah koran Surabaya, saya lupa nama korannya. Di SMP setiap istirahat sekolah saya mendongeng untuk teman-teman saya. Entah bagaimana asal mulanya maka hampir setiap istirahat sekolah saya dirubung (eh bahasa Indonesianya dirubung apa ya.. oh ya.. dikerumunin.. kata sahabat saya ) teman-teman dari klas satu sampai kelas tiga. Pokoknya harus mendongeng. Dan anehnya mulut saya bisa saja merangkai cerita dongeng-dongeng yang nggak tahu dari mana asalnya, yang terkadang juga membuat teman saya menangis.

Selepas SMP saya diterima di sekolah Farmasi. Dulu SAA yang ketika itu adanya baru di Solo, Surabaya, Palu, kalau nggak salah. Jogya menyusul beberapa tahun kemudian.

Saya lumayan nakal. Di jam sekolah sering menulis cerita-cerita pendek pada sebuah buku yang kosong, kemudian tulisan itu menjadi rebutan diantara teman-teman perempuan saya. (sampai sekarang setiap ada pertemuan bekas teman sekolah, mereka masih ingat hal itu dan mengolok-olok saya).

Sa’at remaja saya memiliki beberapa teman dekat. Sebagai ABG pastilah ada yang suka sama saya (ehem).. tapi saya nggak suka membaca surat yang bahasanya sangat buruk. (dulu itu belum ada WA ya, adanya surat-suratan, kalau suka, lalu menulis di sepotong kertas, kemudian diselipkan dibuku yang pura-pura dipinjam atau dipinjamkan. Manis ya?}

Tapi setiap membaca tulisan norak, bahasanya amburadul.. langsung saya putusin. Duuh.. kejam nian.

Saya lulus sekolah SAA di tahun 1968. Belum pada lahir kah?

Tapi.. ya ampuun.. inilah yang dikatakan bahwa kenyataan terkadang tak sesuai dengan harapan. Yang menjadi suami saya ini sebetulnya gaya bahasanya juga nggak bagus lho. Buruk dan menyebalkan. Bener, (semoga dia tidak membaca tulisan ini, takut diputusin, hahaa..}.  Nggak tahu saya, memang sudah jodoh yang digariskan Allah pastinya, lalu dia menjadi jodoh saya. Saya menikah pada 8 Agustus 1971

Diawal pernikahan saya mendengarkan sebuah sandiwara radio  berbahasa Jawa yang disiarkan oleh Radio PTPN, yang waktu itu saya lupa ditulis oleh siapa, kemudian saya tertarik ingin ikut menulis disitu. Suami saya bekerja diradio tersebut.

Oh ya, saya mempergunakan nama Tien Kumalasari disetiap tulisan saya. (sekarang saya heran, kenapa nggak Tien Kumalasakti ya) ‘Kali aja saya benar-benar bisa sakti.. hahaa.. (ma’af ya om.}

Saya menulis naskah Sandiwara Radio dari tahun 1971 sampai 2000 an di Radio PTPN, hampir tidak pernah berhenti. Acara Sandiwara Radio berbahasa Jawa tersebut disiarkan setiap hari Senin malam setiap jam 21.00

Sandiwara tersebut juga diputar di beberapa daerah di Indonesia. Radio Kayu Manis Jakarta, Lampung, Radio apa di Medan lupa saya, Radio Radik’s 99  atau apa di Gunung Putri  Semarang, Radio Suzana  Surabaya..masih ada lagi tapi saya lupa. Semuanya berbahasa Jawa. Tapi saya juga menulis Sandiwara Radio berbahasa Indonesia yang disiarkan dibeberapa daerah di Indonesia. Yang ini ada sponsornya, misalnya Kalbe Farma, OTO , perusahaan jamu juga ada, seperti Sinde atau.. lupa saya.

Pernah juga saya membuat cerita silat yang diambil dari cerita silat Kho Ping Ho, atas permintaan sponsor.

Saya juga pernah menulis di sebuah production house SWADAYA PRATIVI di Jakarta. Kebanyakan cerita silat dan misteri.

Ada peristiwa lucu sa’at saya dan suami sedang berada di ruang tunggu ketika sedang periksa ke dokter, ada ibu-ibu ngrumpi didepan saya. Mereka sedang membicarakan lakon sandiwara yang tayang pada malam harinya. Lalu seseorang nyeletuk.

“Eh, tahu nggak, Tien Kumalasari itu isterinya Widi Widayat lho.” Saya kaget seketika.

“Eeeh, bukan.. saya tahu isterinya bukan itu.”

“Iyaa... kok nggak percaya sih, dia itu isteri mudanya.”

Ya ampuun, saya berpandangan dengan suami dengan rasa geli. Gitu ya ibu-ibu kalau ngrumpi, ada issue bohong yang dipakai agar suasana menjadi heboh. Padahal saya sama sekalli nggak kenal sama Widi Widayat.

Isteri muda Widi Widayat? Oh, saya lupa, di Sandiwara bahasa Jawa nama saya selalu disebutkan ‘Tien Kumalasari Widayat’. Nah, itu sebabnya ada ibu-ibu ngarang cerita bohong.

Widi Widayat itu kalau tidak salah seorang wartawan disebuah majalah bahasa Jawa Panyebar Semangat kata sahabat saya. Dia sering menulis juga.  Lha suamiku itu nggak suka menulis tuh.

Sandiwara Radio kemudian seperti lelah,  karena adanya film-film sinetron di televisi. Sayapun berhenti menulis cerita sandiwara.

Jari-jari saya yang gatal kemudian saya ajak menulis di facebook. Awalnya cuma puisi-puisi, lalu terciptalah sebuah cerita yang saya tayangkan sepenggal demi sepenggal, jadi judulnya adalah SEPENGGAL KISAH. Panjang ceritanya, ketika menjadi buku tebalnya 500 an halaman.

Dari menulis di FB lalu saya melarikan tulisan saya ke blog. Itu sejak Sepenggal Kisah sampai ke seri 33 kalau nggak salah.

Lalu berlanjut menulis ke cerita-cerita selanjutnya, dan kerinduan saya menulis terobati, apalagi setelah banyak perhatian atas tulisan saya tersebut, sehingga saya merasa semakin bersemangat.

Oh ya, saya bekerja kembali di apotik satelah sepuluh tahun berhenti.  Jadi saya menulis disela kesibukan saya di apotik, dan ada lagi kesibukan saya, yaitu memasak, menerima pesanan, yang disa’at pandemi ini kemudian menjadi sepi. Tak apalah, usia saya semakin tua, jadi harus mengurangi kegiatan saya.

Ada yang terlupa nih, anak saya ada lima, cowok dua, ceweknya tiga. Sudah menikah semua. Cucu saya hampir sembilan, yang satu masih berumur lima bulan dalam kandungan. Mohon do’a restu ya.

Senangkah membaca banyak koment di blog saya? Senang banget, dan terkadang tertawa sendiri. Saya merasa tak kenal lelah dengan tulisan saya, apalagi kalau merasa banyak yang mau membaca. Bukan hanya dari yang menulis koment di blog, tapi dari WA dan WA yang menggelitik. Terkadang ingin beristirahat, tapi membaca koment-koment yang sedang menunggu rasanya tak sampai hati untuk berhenti. “Kekuatanku ada disitu.”

ADA CINTA DISETIAP TANGKAI BUNGA, ADA DO’A DISETIAP KELOPAKNYA.

SALAM HANGAT BUAT SEMUA PENYEMANGAT SAYA.

_____________

Besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Previous Post Next Post