Posts

Showing posts from August, 2020

BUAH HATIKU 28

 BUAH HATIKU  28 (Tien Kumalasari) Surti tertegun.   Tapi kemudian kakinya gemetar.   Bibirnya bergetar, tubuhnya bergetar. Ingin berteriak tapi tak mampu mengeluarkan suara. “Surti, aku minta ma’af..   aku minta ma’af ya..” laki-laki itu   berkata. Surti tak mau menatapnya. Sekilas dia sudah tahu siapa dia, dan rasa jijik mnggumpal di kerongkongannya. Ingin ia muntah,   ingin ia meludahi wajah laki-laki jahanam itu. Tapi Surti tetap tak bisa berkata-kata, wajahnya pucat,   air mata mengambang dipelupuknya. Laki-laki itu tiba-tiba ingin turun dari motornya, tapi dilihatnya sebuah sepeda motor menuju kearahnya. Ia segera menstarter motornya dan kabur dengan secepat kilat. Tikno turun dari sepeda motor, bingung apa yang terjadi. Dilihatnya Surti limbung, berpegang pada jeruji pagar. Tikno yang ingin mengejar laki-laki itu mengurungkan niatnya.   Ia menghampiri isterinya yang kemudian terkulai pingsan. *** Pak Mul yang tak kalah bingung hanya mondar mandir didalam kamar, dimana Surt

BUAH HATIKU 27

 BUAH HATIKU  27 (Tien Kumalasari)   Tikno memasuki pagar rumahnya dan masih memarkir sepeda motornya di halaman. Seorang laki-laki yang tadi mengikutinya, mengawasinya sejenak, lalu pergi dari sana. “Surti...!” Tikno memasuki rumah sambil berteriak memanggil isterinya. Surti bergegas keluar, tersenyum senang melihat suaminya datang. Diraihnya tangan Tikno, dan diciumnya seperti kebiasaan sehari-harinya ketika sang suami datang dan pergi. “Mana bapak?” “Masih dikamarnya, baru selesai mandi,” kata Surti sambil meminta tas yang dibawa suaminya untuk dibawa kekamarnya. “Ini apa mas?” “Tadi aku beli makanan, hidangkan untuk bapak, barangkali suka.” “Waah, baunya enak.. aku taruh di piring dulu ya.” Pak Mul sudah selesai mandi, dan berganti pakaian. Surti menunggunya duduk diruang tengah. “Bapak, ini mas Tikno beli makanan untuk bapak.” “Wah.. nak Tikno repot-repot nih..” “Tidak pak, mas Tikno sering begitu, dia lewat di penjual makanan lalu mampir untuk beli sesuatu untuk cemila

BUAH HATIKU 26

 BUAH HATIKU  26 (Tien Kumalasari) Surti merasa bumi yang dipijaknya bergoyang, ia ingin lari tapi kakinya terasa gemetar. Ia mengatur nafasnya,   maju sedikit kejalan, dan melambaikan tangannya meminta jalan agar kendaraan memperlambat lajunya. “Surti !!” Panggilan itu membuat langkahnya semakin cepat,   dan terus melangkah tak tentu arah. Yang penting jauh dari laki-laki yang sejak tadi memanggil-manggil namanya. “Aku minta ma’af Surti !!” teriakan itu sangat keras, tanpa sungkan semua orang menoleh kearahnya dengan heran. Surti terus melangkah seperti dikejar setan. Sesekali ia menoleh kebelakang, takut laki-laki itu mengikutinya.   Tak tampak ada yang mengikuti, tapi Surti masih saja ketakutan. Ia terus melangkah tak tentu arah. Kemudian ketika kelelahan menderanya, ia jatuh terduduk disebuah pinggiran toko. Nafasnya tersengal, wajahnya pucat. “Surti !” Surti hampir pingsan mendengarnya, ia bangkit dan berusaha berlari, tapi sebuah tangan kekar mendekapnya dari belakang. Su