Posts

Showing posts from December, 2018

SEPENGGAL KISAH 110

SEPENGGAL KISAH  110 (Tien Kumalasari)   Pak Marsam bingung dan sangat terkejut. Dibalikkannya tubuh Asri yang lemah, pucat dan kuyu. Pakaiannya lusuh dan berdebu. Aduhai, apa yang terjadi pada anakku? Dengan susah payah pak Marsam mengangkat tubuh Asri, setengah diseret karena tulang tuanya tak mampu lagi mengangkat beban berat. Lalu ditidurkannya disofa, tempat terdekat untuk membaringkannya. Diambilnya handuk kecil, disapukannya pada wajahnya, diambilnya minyak gosok agar dihisap dari hidungnya.. pak Marsam gelisah sekali, berjuta pertanyan memenuhi benaknya. Ada apa ini? Dimana Bowo, dimana Pandu?  Pak Marsam akhirnya lega, tubuh lemah itu bergerak perlahan. Pak Marsam mengambil secangkir teh hangat yang selalu disiapkannya didalam termos. Sesendok demi sesendok dituangkannya kebibir Asri. Mata Asri terbuka, kosong dan kuyu. "nDuk, kamu sudah dirumah, ini bapak nduk..." "Pandu... anakku... mana Pandu..." bibir itu berbisik dan bergetar.  "Asri, minumlah lag

SEPENGGAL KISAH 109

 SEPENGGAL KISAH  109 (Tien KUmalasari) Asri berbicara tak terkendali. Sedih dan amarahnya memuncak, tak bisa ditahannya lagi. Bu Prasojo yang semula congkak dalam pendiriannya, hanya terbengong tak bisa menjawab sepatah katapun. Kata2 Asri yang meluncur sungguh tak terduga olehnya. Nafas bu Prasojo tersengal, menahan amarah dan sesal. Ia merasa seperti berdiri dipinggir laut, dan ombak bergulung gulung menerjang tubuhnya. Bu Prasojo limbung, dan jatuh terduduk didepan pintu. Namun Asri tak bergeming. Kecemasan tentang anaknya mengalahkan segalanya. Asri melangkah keluar, dan simbok berlari menolong majikannya agar berdiri. Hari mulai gelap, tubuh dan jiwanya meraba raba, dimana gerangan buah hatinya berada. Ia melangkah, menyusuri jalanan yang entah menuju kemana. Segerombolan anak kecil yang sedang bermain didekatinya, diamatinya dengan seksama, barangkali salah satunya adalah anaknya. Tubuh lunglai itu terus melangkah, mengamati sekelilingnya, mendongak keatas apakah Pandu ada diant

SEPENGGAL KISAH 108

SEPENGGAL KISAH  108 (Tien Kumalasari)   Pandu yang kebingungan menurut saja diajak perempuan cantik itu kerumahnya. Kecuali bingung ia juga sangat letih. Perempuan cantik itu membawanya kesebuah rumah mungil yang cantik. Ia menggandeng Pandu masuk kerumahnya dengan ramah. "Duduklah nak, pasti kamu sangat letih. Mau minum lagi?" Perempuan itu menyodorkan minuman sisa yang tadi diminum Pandu, dan Pandu meneguknya . "Kamu mau makan?" "Aku mau ibu.." "Baiklah, nanti aku akan mencarikan orang tuamu, tapi kamu makan dulu ya, mau?" Pandu mengangguk. Sesungguhnya ia memang lapar. Tadi siang dirumah neneknya ia hanya makan sedikit, karena bingung tak melihat kedua orang tuanya disana sampai dua hari. Tiba2 keluar seorang perempuan setengah tua, yang memandang heran karena ada anak kecil bersama anaknya. "Siapa dia Mimi?" tanya wanita tua itu yang adalah bu Surya, dan Mimi adalah memang ibunya Nancy. Sudah lama Mimi tinggal di Indonesia, semenja

SEPENGGAL KISAH 107

SEPENGGAL KISAH  107 (Tien Kumalasari)   Bu Prasojo kebingungan, dilihatnya No, sopirnya, bersandar di jok sopir sedang mengantuk.Dengan keras bu Prasojo mengetuk kaca mobil, sehingga No terkejut. "Oh.. eh... sudah selesai bu?" tanyanya gugup.. "Sudah selesai..sudah selesai, kamu enak2 tidur disini, aku kehilangan Pandu, tau? " "Mas Pandu? Bukankah tadi bersama ibu?" "Iya bersama aku, tapi tiba2 e=menghilang. Kamu tau nggak?" "Waduh, nggak lihat saya bu.. saya.." "Ya nggak lihat lah .. wong kamu mengantuk... aduh... bagaimana ini? Aku harus menelpon bapak.. aduuh.. ponsel ku ketinggalan dirumah... kamu bawa hp No?" "Ma'af bu, saya kehabisan pulsa, belum sempat beli..." "Hadeeew... kamu ini benar2 tidak berguna, sekarang antar aku kekantor bapak saja." "Baik bu.." Bu Prasojo naik keatas mobil dan memerintahkan No agar memacu mobilnya supaya segera bisa kekantor suaminya. Hati bu Prasojo bingung

SEPENGGAL KISAH 106

SEPENGGAL KISAH  106 (Tien Kumalasari)   Walau merasa heran karena anak menantu dan cucunya tidak pulang semalaman, namun pak Marsam mengira semuanya menginap dirumah pak Prasojo karena Pandu kangen sama kakeknya. Itulah sebabnya pak Marsam tidak begitu merasa khawatir. Ia membersihkan rumah, membersihkan taman dan menyirami bunga2.. seperti hari2 biasanya. Ternyata Asri menginap dirumah Danik. Ia menangis sejadi jadinya dihadapan sahabatnya, menceriterakan semua yang menimpanya dalam sehari itu. Danik sangat prihatin. Kejadian yang menimpa Asri seperti susah diurai seandainya berupa benang kusut. Ada foto.. ada muka ditonjok..  semuanya terjadi secara kebetulan dan sangat memojokkan sahabatnya.Tapi ia berusaha tenang dan menghibur Asri sebisanya. "Baiklah Asri, Kamu tenang dulu disini ya, kalaupun kamu pulang nanti, pasti Bowo juga belum bisa diajak bicara. Sebaiknya biarkan dia menjadi tenang, nanti aku akan membantumu sebisaku agar dia bisa mengerti." "Tapi anakku aku

SEPENGGAL KISAH 105

SEPENGGAL KISAH  105 (Tien Kumalasari) Bowo memandangi isterinya. Pasti penuh curiga. Gambar ini adalah fakta, dan tonjokan dimukanya itu adalah kebencian lelaki itu karena Asri menjadi isterinya. Seperti mimpi rasanya membayangkan isterinya mengadakan hubungan dengn lelaki lain ketika dia sedang pergi. Dilihatnya Asri menunduk, dan bulir2 air matanya mulai menetes. "Itu bukan... salah Asri  mas.. ma'afkan Asri... Asri tidak sengaja ketemu.." "Apa maksudmu tidak sengaja? " "Mas..." "Sudahlah Asri, aku sudah melihat foto itu, dan aku juga merasakan tonjokan dimukaku ini oleh lelaki itu, sungguh aku tidak menyangka." "Sudahlah, mengaku saja, wong sudah jelas ketahuan masih mau mengelak. Aku juga tidak menyangka kalau dibalik kecantikanmu, kebaikanmu, ada kelakuan buruk yang  sungguh kami tidak mengira." "Ibuu..." Asri menubruk kaki ibu mertuanya, namun sang mertua beringsut sehingga dahinya mencium karpet  dibawahnya. Asri t

SEPENGGAL KISAH 104

SEPENGGAL KISAH  104 (Tien Kumalasari) Pandu berceloteh seperti burung kekenyangan. Pandu juga banyak bercerita tentang semua hal yang dilakukannya selama ayahnya tak ada dirumah. Asri dan Bowo tersenyum senyum bahagia melihat tinkah anaknya yang lucu.Siapa sangka, disudut lain dirumah makan itu seseorang sedang memandangi kebahagiaan itu dengan darah yang mendidih. "Bahagia itu harusnya milikku," desisnya penuh amarah. Ia menenggak sisa minumnya, menuju kasir untuk membayar makanannya lalu keluar, tapi ia hanya berdiri dibalik pintu, entah apa yang ditunggunya. Sementara itu Asri mengingatkan suaminya bahwa ibu bapaknya sedang menunggu. "Ayo mas, nanti kelamaan ibu menunggu kita," "Sebentar Asri, Kan Pandu belum selesai makan es krimnya." "Sambil ngoceh sih, Pandu.. buruan, sudah hampir mencair tuh semuanya." "Katanya kalau makan sesuatu harus pelan2," bantah Pandu sambil menyendok lagi es krimnya." "Hiih, bisa aja ngejawabny

SEPENGGAL KISAH 103

SEPENGGAL KISAH  103 (Tien Kumalasari) Malam sudah larut, namun Asri belum juga bisa memejamkan matanya. Sore tadi mertuanya baru saja pulang dari rumah dan sikapnya amat manis. Mengapa malamnya mengatakan bahwa dia tak mau ngomong sama dirinya? Apakah karena kehadiran Dewi? Simbok mengatakan bahwa Dewi masih ada disana, apa karena Dewi mengatakan sesuatu kemudian mertuanya marah sama dirinya? Kalau benar karena Dewi, lalu apa yang dikatakan Dewi sehingga mertuanya begitu marah? Asri tak bia memejamkan mata, sampai pagi menjelang, dan Asri kemudian bangun untuk memepersiapkan sarapan untuk anaknya, dan juga memasak untuk suaminya yang akan datang pagi itu. Bowo datang ketika Pandu sudah berangkat sekolah. Ia memeluk isterinya dengan manis dan hangat, dan Asri menyambutnya dengan segala kerinduan. "Sayang Pandu sudah berangkat ya," "Iya lah Mas sih, datangnya kurang  pagi.Belum lama sih, bapak yang mengantar juga belum pulang sampai sekarang' " "Tadi pesawat

SEPENGGAL KISAH 102

SEPENGGAL KISAH 102 (Tien Kumalasari) Dengan kesal bu Prasojo terpaksa membawa Dewi duduk diteras. Sesungguhnya ia sangat letih dan ingin segera beristirahat. "Baiklah, aku tidak punya waktu banyak, katakan apa maumu, tapi ingat, jangan coba2 mengganggu kehidupan anak dan menantuku." kata bu Prasojo dengan kesal. "Aduh ibu... ibuku ini biasanya nggak galak lho, dan padahal lagi bu, Dewi ini menunggu dari pagi sampai malam, karena Dewi sesungguhnya amat menyayangi keluarga ibu. " "Apa maksudmu menyayangi?" "Ya ampun bu, baiklah, kalau ibu tidak percaya, nanti ibu dengarkan cerita Dewi dulu.. Dan ibu harus tau, bahwa ini adalah keperdulian Dewi akan keluarga ibuku tersayang ini." "Segera katakan apa maksudmu, jangan banyak omong, aku sudah capek, tau." Dewi tersenyum, ada kemenangan tersirat disenyuman itu karena akhirnya bisa ketemu oraang yang dicarinya. "Bu, saya dengaar mas Bowo dan bapak ke Jakarta ya?" "Kalau iya kena

SEPENGGAL KISAH 101

SEPENGGAL KISAH  101 (Tien Kumalasari) Simbok sudah selesai masak, ia sedang menata masakannya diatas meja, ketika pintu digedor kembali. Simbok kaget melihat tamunya tak juga beranjak pergi walau pintu rumah dikunci dari dari dalam. "mBoook.. simboook..." Simbok pergi keluar dan melihat tamunya berdiri didepan pintu sambil menggedor gedor.. "Minta minum donk mbok, haus nih... yang dingin mboook.." Simbok terpaksa mengambilkan segelas air dingin, namun ia mengulurkannya dari jendela yang terbuka sedikit. Ia tetap tak mau membuka pintu. "Ya ampun mbok, jahat banget kamu itu mbok... " Simbok masuk lagi kedalam, karena kesal ia kemudian menelpon majikannya. "Hallo," suara dari seberang sana.. "Bu, ibu masih lama nggak?" "Masih lama, ini mau mampir belanja sekaliyan mbok, ada apa? " "Ini bu, diluar ada tamu, tapi simbok nggak mau bukain pintu, " "Kamu nggak kenal siapa tamunya?" "Nggak bu, nggak kenal, dan

SEPENGGAL KISAH 100

SEPENGGAL KISAH  100 (Tien Kumalasari) Asri meletakkan barang belanjaannya karena terasa berat kalau harus berhenti. Ia sibuk mengingat ingat, siapa yang ada dihadapannya. Seorang perempuan cantik, yang tidak muda lagi, tapi berdandan sangat modis. Berkacamata hitam yang besar.. "Siapa ya?" Asri yang tak segera menemukan jawaban segera bertanya. "Masa lupa sama aku Asri, bener.. nggak ingat sama sekali?"  Asri menggeleng, sedikit ingat, tapi banyak lupanya.. Wanita itu membuka kacamatanya. "Aku Dewi Asri.... Dewi..." kata wanita cantik itu sambil tersenyum. "Oh... mbak Dewi... ya ampun... ya.. ya.. waduh.. betul2 aku pangling mbak, habis mbak Dewi masih kelihatan sangat cantik, seperti gadis belasan tahun saja." kata Asri. "Hahahaaa... jangan meledek Asri.. masa aku seperti gadis belasan tahun ?" Asri ikut tertawa, tapi entah mengapa, ada rasa tidak enak ketika bertemu wanita ini. Mungkin Asri teringat masa lalunya yang menyakitkan sebe

SEPENGGAL KISAH 99

SEPENGGAL KISAH  99 Pak Marsam mencari kedalam. Biasanya Pandu pulang sendiri karena sekolahnya tidak jauh, dan memang ia bersalah karena agak terlambat menjemputnya. Asri masih berpegangan pada daun pintu itu, tidak menjawab kata2 pak Marsam.Pandu memang belum pulang. "Asri... Pandu belum pulang?" pak Marsam mulai cemas melihat raut muka Asri yang pucat pasi. "Belum... mengapa bapak terlambat menjemputnya?" keluh Asri lemas..Ia ingin marah, tapi tak tau harus marah sama siapa. Ia sangat cemas.. "Waduh, ini salah bapak, biar bapak cari dulu dia," pak Marsam bergegas keluar, tanpa membawa sepeda motornya. Asri terduduk lemas, tak mampu menggerakkan tubuhnya. Banyak hal membayang dalam angan2nya. Diculik.. jalan2 sama temannya.. atau apa... Setelah menguatkan hatinya, Asri berdiri dan melangkah keluar .. ia menyusuri jalan menuju ketempat sekolah anaknya.  Ia tak perduli pakaian rumah yang dikenakannya, tak perduli sandal japit yang menempel dikakinya, Asri

SEPENGGAL KISAH 98

SEPENGGAL KISAH  98 (Tien Kumalasari) Pagi hari itu setelah mengantar Pandu sekolah, Asri langsung belanja kepasar. Tak banyak yang harus dibelinya karena suaminya sedang tak ada dirumah. Tiba2 seseorang menepuk pundaknya. Asri terkejut, ternyata Danik. "Kamu buat orang terkejut aja Danik," Danik Tertawa " Terkejut ya, kasihaaaan,"  "Kamu mau belanja? Jauh banget pasar ini dari rumahmu Dan....lagi pengin jalan2?" "Aku tuh mau kerumahmu, ngelihat kamu disini, ya udah aku berhenti dulu disini. " "Oh gitu, hayuk kerumah sekarang kalau gitu," "Nggak usah, ayo kita sarapan saja diwarung itu, kayaknya enak, itu soto kan? Sudah lama aku pengin makan soto" "Baiklah, apa sih yang enggak buat kamu," kedua sahabat itu tertawa sambil memasuki warung makan yang ada didekat pasar itu. Mereka duduk agak dipojok. Asri yakin ada hal penting yang ingin disampaikan sahabatnya ini.  "Ada yang penting ya?" tanya Asri setelah me

SEPENGGAL KISAH 97

SEPENGGAL KISAH  97 (Tien Kumalasari) Pak Marsam heran, Asri pulang tanpa membawa belanjaan, wajahnya kusut dan muram, entah apa yang dipikirkannya. "Lho, kamu tadi katanya belanja, lha mana belanjaannya?"  Asri bingung untuk menjawabnya. Karena pikirannya kacau dia tak jadi belanja dan langsung pulang. Tapi apa yang harus  dijawabnya ketika ayahnya bertanya? "nDuk... " "Oh.. eh.. ya ampun pak.. itu.. itu.. dompet... dompet..." "Kamu kecopetan? " tanya pak Marsam cemas. "Oh.. bukan pak.. itu.. dompet.. ketinggalan..." akhirnya Asri menemukan jawaban. "Walaah... dompet kok bisa ketinggalan. Namanya orang mau belanja itu yang dipikir pertama kali kan harus membawa uang, lah kok malah ketinggalan," omel pak Marsam. "Iya, Asri linglung..." lalu Asri masuk kedalam kamarnya. Pak Marsam mengikuti dari belakang. "Lalu kamu mau kembali lagi ..  sekarang?" "Nggak pak, besok saja, sudah terlanjur capek..," &

SEPENGGAL KISAH 96

SEPENGGAL KISAH  96 (Tien Kumalasari) Asri benar2 terkejut. Ia memundurkan mobilnya dan bermaksud pergi dari sana. Tapi seseorang itu telah menghadang didepannya. "Apa maksud kamu Damar," kesal Asri menegurnya, sambil membuka kaca mobilnya. "Asri, turunlah sebentar, aku hanya ingin bicara," Damar memohon. "Bicara apa lagi Damar, aku kira tak ada lagi yang harus dibicarakan," "Tolonglah Asri," "Damar, kamu yang harus menolong aku, sungguh ini tidak baik Damar, aku bersuami, tolong hentikan semuanya," "Asri.. aku tak akan pergi dari sini, lindas saja aku dengan mobilmu, aku rela mati ditanganmu," Asri terperanjat, ancaman Damar tak pernah main2. Ia tau Damar akan nekat. Tak ada jalan lain, ia hars turun. "Terimakasih Asri," kata Damar sambil tersenyum, :" Kemarikan kunci mobilmu, aku akan mencarikan tempat parkir yang longgar." Asri menurut, ia tak bisa menolak, banyak mobil akan keluar dari situ dan mobilnya