Posts

Showing posts from November, 2020

SANG PUTRI 08

SANG PUTRI   08 (Tien Kumalasari)   Mata menyala itu mendekat kearah bangku, membuat Hndoko terkejut, Mirah gemetaran melihat mata yang. tampak bagai memancarkan api itu. “Oh.. begini rupanya..?” katanya sambil telunjuknya menunjuk kearah hidung Mirah.” “Lupi, duduk dan bicara pelan..” tegur Handoko yang merasa sungkan karena beberapa orang mulai memandang kearahnya. “Mana mungkin aku bisa bicara pelan? Aku sangat marah. Begundal ini telah menginjak-injak rumah tanggaku.” Handoko sangat marah mendengar Palupi seperti juga Danang menyebut Mirah sebagai begundal. “Dia bukan begundal,” katanya tandas, tapi pelan. “Jadi apa? Calon isteri muda kamu?” “Ya !” Handoko menjawab singkat. Lalu diulurkannya beberapa lembar uang kepada Mirah. “Rah, tolong dibayarkan ke kasir, berikut yang harus kita bawa.” Mirah mengangkat Bintang dari kursinya, lalu berjalan kearah kasir. Handoko mengambil ponselnya dan memanggil taksi. Palupi bertambah naik pitam. “Jadi benar, dia akan kamu jadika

SANG PUTRI 07

SANG PUTRI    07 (Tien Kumalasari)   Handoko sama sekali tak melihat kedatangan Palupi, ia bertumpu pada bahu Mirah, sampai duduk diatas kursi didepan meja makan. Bintang yang merasa bersalah menatap bapaknya tak berkedip. “Sakit bapak?” tanyanya takut-takut. “Tidak Bintang, tidak sakit, ayo kita makan, nasi gorengnya sudah siap.” Mirah tersenyum sambil mengangkat Bintang dan mendudukkannya dikursi. “Bapak tidak apa-apa mas Bintang.. ayo makan.” “Iya.. hm.. bau nasi gorengnya sedap sekali lho..” kata Handoko sambil menyendok nasi gorengnya. “Mas Bintang mau disuapi ?” “Tidak, Bintang sudah besar.. makan sendiri saja.” “Bagus, anak bapak memang pintar. Ayo... berlomba sama bapak.. siapa ya nanti yang habis duluan...” kata Handoko menyemangati Bintang. “Bintangpun segera menyuap makanannya.” “Enakkah ?” “Enak bapak..” “Hm, pasti nanti Bintang jadi juaranya.” “Iya.. “ “Mirah, sebaiknya kamu juga makan, supaya nanti bisa segera berangkat.” “Iya bapak, nanti saja, setela