Posts

Showing posts from September, 2020

BAGAI REMBULAN 26

  BAGAI REMBULAN   26 (Tien Kumalasari)   Dayu terus meronta, lalu ketika Anjas berhasil mencengkeram tangan Dayu, tusuk rambut yang dipegangnya berhasil melukai lengan Anjas, membuatnya menjerit dan melepaskan cengkeramannya. Anjas berguling dilantai, lalu Dayu dengan sekuat tenaga bangkit, berlari kearah pintu.. “Mamaaa...” Dayu berlari keluar, dan ketika itulah Lusi menangkapnya. “Mau lari kemana kamu?” “Biarkan aku pergi... “ “Lalu kamu akan melapor ke polisi?” Lusi tertawa gelak-gelak. Dayu merinding mendengar tawa itu. Ia merasa seperti mendengar auman iblis yang datang dari awang-awang. Tertatih Anjas keluar, darah menetes dari lukanya. “Ada apa? Kenapa tanganmu?” “Betina itu melukai aku mama.. hajar dia !!” Lusi menubruk Dayu seperti banteng terluka. Dayu tetap meronta. Dan tiba-tiba sebuah hantaman keras terdengar. Hantaman itu adalah suara kaca pintu yang dipukul oleh sebuah tongkat dengan kekuatan raksasa. Sebelum Anjas dan Lusi sadar apa yang terjadi, seorang k

BAGAI REMBULAN 25

BAGAI REMBULAN   25 (Tien Kumalasari)     Mobil itu terus melaju, dan Dayu merasa heran, karena salon yang dimaksud sudah lewat. “Lho, dimana salonnya? Bukan itu tadi?” “O.. disana mbak.. agak kesana.” “Mengapa Liando ke salon dulu? Masa dia tidak membawa jas ketika ke kantor?” “Saya nggak tahu mbak, mungkin ketinggalan.” “Aneh.. dia itu sudah rencana mau datang mengapa tidak disiapkan sejak awal?” “Itulah.. pak Liando..” “Lho.. kok jauh banget ini?” tiba-tiba Dayu merasa curiga. Mobil itu semakin jauh meninggalkan kampus.. “Kemana kita?” “Sudahlah mbak, jangan bawel.” Dayu terkejut melihat perubahan sikap orang yang duduk disampingnya. Ia menoleh, dan melihat orang itu melepas jas yang tadi dipakainya. Bau apak tercium olehnya. Dayu mulai curiga, melihat senyum menyeringai dari lelaki disampingnya. Senyum dengan deretan gigi kuning karena endapan nikotin. Bulu kuduk Dayu meremang. “Tolong, saya turun disini saja,” kata Dayu bergetar. “Lho.. turun bagaimana, kita belum s

BAGAI REMBULAN 24

 BAGAI REMBULAN  24 (Tien Kumalasari) Seruni berteriak dan memegangi lengan suaminya. “Mengapa? Memangnya   suamiku salah apa?” “Ada tuduhan penculikan, aku menculik siapa?” kata Indra sambil menepuk tangan isterinya, setelah membaca surat yang diberikan polisi tadi. “Bapak bisa menerangkannya nanti di kantor polisi.” “Baiklah, tapi saya akan mengendarai mobil saya sendiri. Kalau bapak takut saya kabur, salah satu dari bapak ini boleh ikut dimobil saya,” kata Indra. “Sebaiknya bapak ikut saya saja,” polisi itu tampaknya keberatan. “Ya sudah, saya ikut bapak, Seruni kamu tak usah khawatir, suami kamu tak melakukan sebuah kejahatanpun.” “Baiklah, tapi tunggu, aku akan membawa mobil kamu,” kata Seruni yang kemudian masuk kedalam, berganti pakaian sekenanya lalu mengunci pintu rumah dan mengikuti mobil polisi itu. mBak Darmi sedang kepasar, dia membawa kunci sendiri, jadi Seruni tak usah khawatir. “Ini pasti ulah Lusi. Ia menuduh mas Indra menculik Susan. Dasar orang yang tidak pe